Sabtu, 28 November 2015

Mata pencaharian suku Jawa


Sejarah Asal Usul Suku Jawa

Asal usul suku Jawa tidak jauh berbeda dengan asal-usul orang Indonesia secara keseluruhan yaitu ketika ditemukannya fosil dari Homo Erectus yang juga dikenal dengan “Manusia Jawa” oleh Eugene Dubois di Trinil. Ia merupakan ahli anatomi yang berasal dari Belanda. Fosil yang ditemukan tersebut diperkirakan memiliki umur sekitar 700.000 tahun. Tidak lama berselang, ditemukan juga fosil lainnya dari spesies yang sama di Sangiran oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald pada tahun 1930. Dirinya menemukan perkasas yang jauh lebih maju dibandingkan era sebelumnya. Diiperkirakan umur dari perkasas tersebut adalah 550.000 hingga 143.000 tahun. 


Sedangkan, pada sebuah tulisan kuno memberikan sebuah kejelasan mengenai asal usul nenek moyang suku Jawa yaitu ketika kedatangan aji saka. Akan tetapi, di dalam tulisan kuno tersebut terdapat keterangan mengenai keadaan geologi pula Jawa dalam sebuah tulisan kuno hindu yang menyatakan bahwa Nusa Kendang, nama pulau Jawa kala itu merupakan bagian dari India. Sedangkan tanah yang saat ini dikatakan sebagai Kepulauan Nusantara merupakan daratan yang menyatu dengan daratan Asia dan Australia yang kemudian terputus dan tenggelam oleh air bah.

Sementara itu, di Babad Kuno, juga ditemukan sejarah yang samar mengenai suku Jawa. Diceritakan bahwa ada Arjuna seorang raja dari Astina yang merupakan kerajaan yang bertempay di Kling membawa penduduk pertama ke Pulau Jawa. Pada masa tersebut, pulau ini belumlah mempunyai penghuni. Mereka kemudian mendirikan sebuah koloni yang letaknya tidak disebutkan.

Sejarah lebih jelas akhirnya didapatkan ketika ditemukannya sebuah surat kuno yaitu Serat Asal Kereaton Malang. Di dalam surat tersebut disebutkan bahwa Raja Rum yang merupakan sultan dari negara Turki namun disurat lainnya disebut sebagai raja dari Dekhan mengirim penduduk pertama pada 450 SM. Akan tetapi, penduduk yang dikirim tersebut menderita karena adanya gangguan dari binatang buas. Karena hal tersebut, maka banyak dari penduduk yang kembali pulang ke negara asalnya.

Lalu pada 350 SM Raja kembali mengirim perpindahan penduduk untuk kedua kalinya. Perpindahan tersebut membawa 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan yang berasal dari Koromandel. Perpindahan yang dipimpin oleh Aji Keler ini menemukan Nusa Kendang dengan dataran tinggi yang ditutupi oleh hutan lebat serta binatang buas. Sementara itu, di tanah datarnya ditumbuhi oleh tanaman yang dinamakan jawi. Karena jenis tanaman tersebut ada di mana-mana maka dirinya menamakan tanah tempat tersebut dengan nama “Jawi”. Nama tersebut yang kemudian berlaku untuk nama keseluruhan Pulau Jawa.

Kepercayaan utama yang dianut oleh suku ini adalah animisme. Kepercayaan tersebut terus bertahan hingga pada akhirnya dai-dai Hindu dan Budha tiba di indonesia. Mereka melakukan kontak dagang dengan penduduk dan membuat mereka tertarik untuk menganut agama-agama baru ini. Hal itu disebabkan karena mereka mampu menyatu dengan filosofi lokal Jawa yang unik.

Perkembangan serta penyebarluasan dari suku Jawa mulai berlangsung signifikan ketika Kertanegara memerintah Kerajaan Singasari pada akhir abad ke-13. Dirinya melakukan beberapa ekspesidi besar seperti ke Madura, Bali, Kalimantan dan Sumatera. Hingga pada akhirnya, Singasari berhasil menguasai perdagangan di selat Malaka menyusul kekalahan kerajaan Melayu. Pada tahun 1292, dominasi dari kerajaan Singasari terhenti ketika terjadinya pemberontakan oleh Raden Wijaya yang merupakan anak dari Kertanegara. Raden Wijaya inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit yang menjadi kerajaan terbesar di Nusantara kala itu.

Namun, Majapahit akhirnya mengalami banyak permasalahan karena tidak adanya penerus. Ketika Majapahit mulai runtuh, pulau Jawa mulai berubah dengan berkembangnya agama Islam. Ketika Majapahit runtuh, maka dominasinya digantikan oleh Kesultanan Demak. Kesultanan Demak inilah yang nantinya memainkan peranan penting dalam menghalau kekuatan Portugis. Demak melakukan dua kali penyerangan kepada Portugis ketika kaum Portugis berhasil menundukkan Malaka.

Masyarakat suku Jawa diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan migrasi penduduk Austronesia menuju Madagaskar pada abad pertama. Namun demikian, sebenarnya kultur utama dari migrasi ini lebih dekat dengan suku Ma’anyan di Kalimanyan. Beberapa bagian dari bahasa Malagasy sendiri diambil dari bahasa Jawa. Pada ratusan tahun setelahnya, diperkirakan ketika periode kerjaan Hindu tiba, banyak saudagar kaya yang bermukim di tempat lainnya di Nusantara ini. Ketika runtuhnya Majapahit dan berkembannya Islam di Pantai Utara Jawa, maka banyak orang Hindu yang bermigrasi dari Jawa ke Bali dan berperan dalam majunya kultur Bali.  Migrasi yang dilakukan oleh suku Jawa tidak hanya di dalam negeri saja. Namun, mereka juga melakukan migrasi ke Semenanjung Malaya. Hubungan antara Malaka dan Jawa menjadi hal penting dalam perkembangan Agama Islam di Indonesia


Peralatan dan Perlengkapan Hidup

Sebagai suatu kebudayaan, suku Jawa tentu memiliki peralatan dan perlengkapan hidup yang khas diantaranya yang paling menonjol adalah dalam segi bangunan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jawa memiliki ciri sendiri dalam bangunan mereka, khususnya rumah tinggal. Ada beberapa  jenis rumah yang dikenal oleh masyarakat suku Jawa, diantaranya adalah rumah limasan, rumah joglo, dan rumah serotong. Rumah limasan, adalah rumah yang paling umum ditemui di daerah Jawa, karena rumah ini merupakan rumah yang dihunu oleh golongan rakyat jelata. Sedangkan rumah Joglo, umumnya dimiliki sebagai tempat tinggal para kaum bangsawan, misalnya saja para kerabat keraton.
Umumnya rumah di daerah Jawa menggunakan bahan batang bambu, glugu (batang pohon nyiur), dan kayu jati sebagai kerangka atau pondasi rumah. Sedangkan untuk dindingnya, umum digunakan gedek atau anyaman dari bilik bambu, walaupun sekarang, seiring dengan perkembangan zaman, banyak juga yang telah menggunakan dinding dari tembok. Atap pada umumnya terbuat dari anyaman kelapa kering (blarak) dan banyak juga yang menggunakan genting.


Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi

Tidak ada mata pencaharian yang khas yang dilakoni oleh masyarakat suku Jawa. pada umumnya, orang-orang disana bekerja pada segala bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh orang Jawa. selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan, perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan, mungkin salah satu yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain, karena seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian yang beberapa cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok kebutuhan nasional, seperti padi, tebu, dan kapas.
Tetapi orang Jawa juga terkenal tidak memiliki bakat yang menonjol dalam bidang industri dan bisnis seperti halnya keturunan etnis tionghoa. Hal ini dapat terlihat, bahwa pemilik industri berskala besar di Indonesia, kebanyakan dimiliki dan dikelola oleh etnis tionghoa.


Sistem Kemasyarakatan

Dalam sistem kemasyarakatan, akan dibahas mengenai pelapisan sosial. Dalam sistem kemasyarakatan Jawa, dikenal 4 tingkatan yaitu Priyayi, Ningrat atau Bendara, Santri dan Wong Cilik.
Priyayi ini sendiri konon berasal dari dua kata bahas Jawa, yaitu “para” dan “yayi” atau yang berarti para adik. Dalam istilah kebudayaan Jawa, istilah priyayi ini mengacu kepada suatu kelas sosial tertinggi di kalangan masyarakat biasa setelah Bendara atau ningrat karena memiliki status sosial yang cukup tinggi di masyarakat. Biasanya kaum priyayi ini terdiri dari para pegawai negeri sipil dan para kaum terpelajar yang memiliki tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya
Ningrat atau Bendara adalah kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa. pada tingkatan ini biasanya diisi oleh para anggota keraton, atau kerabat-kerabatnya, baik yang memiliki hubungan darah langsung, maupun yang berkerabat akibat pernikahan. Bendara pu memiliki banyak tingkatan juga di dalamnya, mulai dari yang tertinggi, sampai yang terendah. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari gelar yang ada di depan nama seorang bangsawan tersebut.
. Yang ketiga adalah golongan santri. Golongan ini tidak merujuk kepada seluruh masyarakat suku Jawa yang beragama muslim, tetapi, lebih mengacu kepada para muslim yang dekat dengan agama, yaitu para santri yang belajar di pondok-pondok yang memang banyak tersebar di seluruh daerah Jawa.
Terakhir, adalah wong cilik atau golongan masyarakat biasa yang memiliki kasta terendah dalam pelapisan sosial. Biasanya golongan masyarakat ini hidup di desa-desa dan bekerja sebagai petani atau buruh. Golongan wong cilik pun dibagi lagi menjadi beberapa golongan kecil lain yaitu:
Wong Baku : golongan ini adalah golongan tertinggi dalam golongan wong cilik, biasanya mereka adalah orang-orang yang pertama mendiami suatu desa, dan memiliki sawah, rumah, dan juga pekarangan.
Kuli Gandok atau Lindung : masuk di dalam golongan ini adalah para lelaki yang telah menikah, namun tidak memiliki tempat tinggal sendiri, sehingga ikut menetap di tempat tinggal mertua.
Joko, Sinoman, atau Bujangan : di dalam golongan ini adalah semua laki-laki yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tua, atau tinggal bersama orang lain. Namun, mereka masih dapat memiliki tanah pertanian dengan cara pembelian atau tanah warisan.
Pembagian sosial masyarakat bukan hanya terbagi oleh sistem kebudayaan seperti yang kami tuturkan diatas saja. Pada tahun 1960-an, seorang antropolog amerika Cliford Geertz pun mengemukakan pelapisan sosial masyarakat terbagi menjadi tiga yaitu, santri, abangan, dan priyayi. Yang membedakan kaum santri dengan kaum abangan (walaupun mereka sama-sama seorang muslim) adalah, jika santri adalah para orang Jawa yang dididik dengan dasar agama islam yang kuat (karena banyaknya pondok pesantren yang berdiri di Jawa). sedangkan kaum abangan, walaupun dalam pendataan mereka menganut kepercayaan sebagai muslim, namun dalam implementasi sehari-hari mereka lebih mengamalkan ajaran kepercayaan asli yang berkembang di Jawa, yaitu kejawen.
Selain pelapisan sosial masyarakat, dalam sistem kemasyarakatan ini kami akan membahas tentang bentuk desa sebagai kesatuan masyarakat terkecil setelah rt dan rw yang umum ditemui di masyarakat Jawa.
Desa-desa di Jawa umumnya dibagi-bagi menjadi bagian-bagian kecil yang disebut dengan dukuh, dan setiap dukuh dipimpin oleh kepala dukuh. Di dalam melakukan tugasnya sehari-hari, para pemimpin desa ini dibantu oleh para pembantu-pembantunya yang disebut dengan nama Pamong Desa. Masing-masing pamong desa memiliki tugas dan perananya masing-masing. Ada yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban desa, sampai dengan mengurus masalah perairan bagi lahan pertanian warga.


Bahasa

Bahasa Jawa, sebagai bahasa ibu dan bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat suku Jawa, ternyata di dalamnya pun dikenal berbagai macam tingkatan dan undhak-undhuk basa. Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu asing, mengingat beberapa bahas lain yang berada dalam rumpun austronesia pun dikenal undhak-undhuk dalam berbahasa.
Terdapat tiga bentuk utama tingkatan variasi bahasa Jawa, yaitu ngoko (“kasar”), madya (“biasa”), dan krama (“halus”). Namun , pada tingkat yang lebih spesifik lagi, terdapat 7 (tujuh) tingkatan dalam berbahasa Jawa, diantaranya: ngoko, ngoko andhap, madhya, madhyantara, kromo, kromo inggil, bagongan, kedhaton. Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk “penghormatan” (ngajengake, honorific) dan “perendahan” (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, namun ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa semacam ini.
Selain undhak-undhuk atau tingkatan bahasa, dikenal juga dialek yang berbeda-beda diantara orang-orang Jawa itu sendiri. Dalam hal ini, perbedaan dialek, dibagi menjadi 3 daerah, yaitu kelompok barat, tengah dan timur. Kelompok barat terdiri dari dialek Banten, Cirebon, Tegal, Banymas, dan Bumiayu. Kelompok tengah terdiri dari Pekalongan, kedu, bagelen, Semarang, Pantai Utara Timur (jepara,Demak, Rembang, Kudus, Pati), Blora, Surakarta, Yogyakarta, Madiun. Sedangkan, Kelompok dialek timur terdiri dari Pantura Timur (Tuban, dan Bojonegoro), Surabaya, Malang, Jombang, Tengger, Banyuwangi.
Selain memiliki bahasa tersendiri, masyarakat suku Jawa pun memiliki huruf tersendiri yang pada umunya mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari


Kesenian

Kesenian yang terdapat dalam kebudayaan Jawa sangat beraneka ragam, mulai dari tari-tarian, lagu daerah, wayang orang, dan juga wayang kulit, serta masih ada berbagai macam kesenian lainya.
Yang pertama adalah tari-tarian. Dalam bahasa Jawa, tari disebut dengan kata beksa yang berasal dari kata “ambeg” dan “esa” kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu meyerahkan seluruh jiwanya pada tarian.
Seni tari di Jawa sendiri mengalami kejayaan pada masa kerajaan kediri, singasari, dan majapahit. Pada masa sekarang ini, kota surakarta dianggap sebagai pusat seni tari, terutama di Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Seni tari dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
Tari Klasik
Tari Tradisional
Tari Garapan Baru
Beberapa contoh tarian sebagai bagian dari kebudayaan suku Jawa antara lain:
Tari Bedhaya
Tari Bedhaya Ketawang ini dipercaya diciptakan oleh Sultan Agung, raja pertama dari kerajaan Mataram, dan disempurnakan oleh Sunan Kalijaga. Tari Bedhaya Ketawang ini, tidak hanya ditampilkan pada saat penobatan raja yang baru, tetapi juga tiap tahunya, yang bertepatan dengan hari penobatan raja atau ratu.
Pada pementasan tari Bedhaya Ketawang, digunakan kostum Dodot Ageng dengan motif Banguntulak alas-alasan. Dari segi alat musik pengiring pun sangat spesial, karena digunakan yaitu gamelan Kyai Kaduk Manis dan Kyai Manis Renggo.
Pada zaman Sri Susuhunan PakuBuwono XII, pertunjukan tari Bedhaya Ketawang, selalu diselenggarakan pada hari kedua bulan Reuwah atau bulan Syaban dalam kalender Jawa.
Tari Srimpi
Tarian ini tidak diketahui dengan pasti sejak kapan muncul di lingkungan keraton. Tetapi diperkirakan mulai ada saat Prabu Amiluhur masuk ke keraton. Tarian ini dipentaskan oleh empat orang putri yang melambangkan empat unsur, dan empat penjuru mata angin.
Dari beberapa jenis tari Srimpi, ada satu yang dianggap sakral atau suci, yaitu Tari Srimpi Anghlir Mendhung.
Tari Pethilan
Tari Pethilan adalah suatu tarian yang gerakanya terinsipirasi atau mengambil salah satu bagian dari cerita pewayangan. Dalam pementasanya, tarian ini boleh memiliki gerakan yang sama atau tidak antar penarinya, boleh menggunakan ontowacono atau dialog dalam tarianya, pakaian yang digunakan tidak sama ssetiap penarinya, kecuali yang memerankan lakon kembar. Dalam kisah yang termuat dalam tarian pun, ada peran yang mati dan yang tetap bertahan hidup.
Tari Golek
Tari ini berasal dari Yogyakarta, dan pertama kali dipentaskan pada perayaan pernikahan KGPH Kusumoyudho dan Gusti Ratu Angger di tahun1910. Tarian ini menggambarkan cara-cara berhias diri seorang gadis yang baru memasuki masa dewasanya, agar terlihat lebih cantik dan menarik.
Tari Bondan
Tari Bondan memiliki tiga jenis, yaitu Bondan Cindogo, Bondan Marsidiwi, dan Bondan Pegunungan atau Tani. Tari Bondan Cindogo dan Marsidiwi, merupakan tarian gembira, dibuat untuk mengungkapkan kegembiraan atas kelahiran anak.
Tari Topeng
Tarian ini sebenarnya secara tidak langsung diilhami oleh wayang wong, atau wayang orang. Tarian ini sempat mengalami kejayaan pada masa kerajaan majapahit. Lalu pada masa masuknya islam, sunan kalijaga menggunakanya sebagai media penyebaran islam. Beliau juga lah yang menciptakan 9 jenis tari topeng diantaranya: Topeng Panji  Ksatrian, Condrokirono, Gunung sari, Handoko, Raton, Klono, Denowo, Benco, dan Turas.
Tari topeng sendiri dianggap sebagai perlambang sifat manusia, karena banyaknya model topeng yang menggambarkan emosi manusia yaitu marah, sedih, kecewa, dll. Biasanya cerita yang diangkat dalam tari topeng adalah bagian dari hikayat atau cerita rakyat, terutama cerita-cerita panji.
Tari Dolalak
Tarian ini dipentaskan oleh beberapa penari yang mengenakan kostum ala parjurit Belanda atau Prancis tempo dulu, dan diiringi oleh alat musik seperti kentrung, rebana, kendang, kencer, dll. Menurut legenda, tarian ini terinspirasi dari semangat perjuangan perang rakyat aceh yang kemudian meluas ke daerah lain di nusantara.
Kedua, adalah berbagai macam kesenian rakyat yang dikenal di masyarakat Jawa, baik Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
Patolan atau prisenan yang dikenal di daerah rembang, Jawa Tengah. Kesenian ini adalah semacam olahraga gulat rakyat, dan dipimpin oleh dua orang wasit dari masing-masing pihak. Olahraga yang juga hiburan ini biasanya dimainkan di tempat berpasir seperti di pinggir pantai.
Daerah blora dikenal memiliki kesenian barongan, kuda kepang, dan wayang krucil (sejenis wayang kulit, namun terebuat dari kayu).
Di daerah pekalongan, dikenal kesenian kuntulan dan sintren. Kuntulan adalah kesenian bela diri yang dilukiskan dengan tarian dengan iringan bunyi-bunyian seperti bedug, dll. Sedangkan sintren, yang juga dikenal luas di cirebon, adalah sebuah tarian yang dipenuhi dengan unsur mistis. Dimana sang penari melakukan gerakan tarian dalam keadaan tidak sadar. Pertunjukan sintren biasanya dipentaskan pada saat bulan purnama setelah panen.
Lengger calung, adalah kesenian tradisional yang berasal dari daerah banyumas. Tarian ini terdiri dari lengger (penari) dan calung (alat musik bambu). Gerakan tarianya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama dari calung. Beberapa gerakan khas dari tarian lengger adalah geyol, gedhag, dan lempar sampur. Dahulu penari lengger adalah para pria yang berdandan seperti wanita, namun sekarang para pria tersebut hanyalah sebagai pelengkap tarian saja.

Sistem Pengetahuan

Salah satu bentuk sistem pengetahuan yanga ada, berkembang, dan masih ada hingga saat ini, adalah bentuk penanggalan atau kalender. Bentuk kalender Jawa menurut kelompok kami, adalah salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik yang berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena penciptaanya yang terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-Budha, Jawa Kuno, dan bahkan sedikit budaya barat. Namun tetap dipertahankan penggunaanya hingga saat ini, walaupun penggunaanya yang cukup rumit, tetapi kalender Jawa lebih lengkap dalam menggambarkan penanggalan, karena di dalamnya berpadu dua sistem penanggalan, baik penanggalan berdasarkan sistem matahari (sonar/syamsiah) dan juga penanggalan berdasarkan perputaran bulan (lunar/komariah).
Pada sistem kalender Jawa, terdapat dua siklus hari yaitu siklus 7 hari seperti yang kita kenal saat ini, dan sistem panacawara yang mengenal 5 hari pasaran. Sejarah penggunaan kalender Jawa baru ini, dimulai pada tahun 1625, dimana pada saat itu, sultan agung, raja kerajaan mataram, yang sedang berusaha menytebarkan agama islam di pulau Jawa, mengeluarkan dekrit agar wilayah kekuasaanya menggunakan sistem kalender hijriah, namun angka tahun hijriah tidak digunakan demi asas kesinambungan. Sehingga pada saat itu adalah tahun 1025 hijriah, namun tetap menggunakan tahun saka, yaitu tahun 1547.
Dalam sistem kalender Jawa pun, terdapat dua versi nama-nama bulan, yaitu nama bulan dalam kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan. Nama- nama bulan dalam sistem kalender Jawa komariah (bulan) diantaranya adalah suro, sapar, mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan dulkijah. Namun, pada tahun 1855 M, karena sistem penanggalan komariah dianggap tidak cocok dijadikan patokan petani dalam menentukan masa bercocok tanam, maka Sri Paduka Mangkunegaran IV mengesahkan sistem kalender berdasarkan sistem matahari. Dalam kalender matahari pun terdapat dua belas bulan .

Sistem Religi

Agama dan kepercayaan yang berkembang dan dianut oleh masyarakat Jawa, antara lain islam sebagai agama mayoritas, selain itu terdapat pula agama lain yang cukup banyak dianut, seperti kristen protestan, yang cukup banyak dianut oleh masyarakat di sekitar semarang, surakarta, dan solo. Katolik pun cukup berkembang di kalangan masyarakat Jawa, walaupun persentase nya tidak sebesar agama kristen protestan. Di daerah pedalaman pun, berkembang agama hindu dan budha, namun diantara kedua agama tersebut, persentase pemeluk budha jauh lebih banyak dibanding pemeluk hindu.
Kepercayaan lain yang cukup banyak pemeluknya, adalah kepercayaan yang bernama kejawen. Kejawen ini, terkadang bercampur dengan agama islam, sebagai agama mayoritas, sehingga menghasilkan suatu kepercayaan baru yang bernama islam kejawen. Perbedaan paling mencolok antara islam santri dengan islam kejawen adalah, pada islam kejawen, mereka tidak terlalu mewajibkan shalat, puasa, dan naik haji, namun tetap percaya pada Allah, dan Nabi Muhammad SAW. Kejawen dianggap memiliki makna sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa. pada pandangan umum, kejawen hanya berisi tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap, serta filosofi orang Jawa.
Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan “ibadah”). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep “keseimbangan”. Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi) namun pembinaan dilakukan secara rutin.
Simbol-simbol “laku” biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, dan sebagainya. Akibatnya banyak orang (termasuk penghayat kejawen sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktik klenik dan perdukunan.
Selain kejawen, ada beberapa aliran kepercayaan kebatinan yang berkembang di masyarakat Jawa, diantaranya adalah:
Gerakan atau aliran kebatinan yang percaya pada adanya sosok roh halus, jin, lelembut, dan berbagai makhluk gaib lainya.
Aliran kebatinan yang bersifat keislam-islaman, yang unsur kepercayaanya banyak mengambil dari unsur ajaran-ajaran agama islam. Dan dibedakan dengan syariat-syariat islam, yang pada beberapa tempat di Jawa telah terpengaruh unsur budaya hindu-Jawa.
Aliran yang berbau agama hindu-Jawa. mengapa bisa dikatakan demikian? Karena, para pengikut aliran ini, mempercayai dan bahkan memuja dewa-dewa dari agama hindu, walaupun mereka sendiri tidak mengaku bahwa mereka beragama hindu.
Yang terakhir adalah aliran mistik, dimana para penganutnya berusaha mencari sendiri cara untuk memaknai tuhan, tanpa menganut agama apapun.
Selain membahas tentang agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat suku Jawa, pada pembahasan tentang sistem religi ini, kami juga akan membahas tentang kepercayaan, dan ritual-ritual yang sering dilakukan oleh orang Jawa.
Upacara Selamatan adalah upacara yang paling umum dan paling dikenal, bukan hanya di Jawa, Sunda dan beberapa daerah lain pun mengadakan selamatan untuk situasi-situasi tertentu. Pada dasarnya, selamatan adalah kegiatan makan bersama, dimana makananya telah lebih dahulu didoakan sebelum dibagikan. Tujuan selamatan ini sendiri adalah untuk memperoleh keselamatan dan menjauhi gangguan. Upacara selamatan dibagi menjadi empat macam yaitu:
Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, dimulai dengan upacara nujuh bulanan, aqiqahan, potong rambut, turun tanah, terus berputar hingga sampai pada saat kematian orang tersebut, mulai dari upacara sedekah surtanah, sedekah nelung dina, sedekah mitung dina, sedekah matangpulung dina, sedekah mendak pisan, dan sedekah nyewu.
Selamatan yang diadakan dalam rangka bersih desa, penggarapan tanha pertanian, dan setelah memanen padi.
Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari besar atau hari-hari keagamaan islam. Seperti muludan, malam satu suro, dll.
Selamatan yang dibuat pada waktu-waktu tertentu dan bersifat insidentil, seperti saat menempati rumah baru, mendapatkan rizki, dan saat sembuh dari sakit.
Sesajen adalah penyerahan sesaji pada waktu, tempat, dan keadaan tertentu dalam rangka kepercayaan kepada makhluk halus. Tempat-tempat yang dipilih biasanya dipilih tempat yang keramat, begitupun dengan waktu, biasanya dipilih waktu-waktu yang dianggap keramat, seperti malam jum’at kliwon. Sesajen biasanya terdiri dari kembang, kemenyan, cerutu, kopi hitam, teh, dll yang disimpan dalam besek ataupun daun pisang.
Kepercayaan terhadap kekuatan sakti dari benda-benda atau makhluuk hidup tertentu (kesakten). Kepercayaan terhadap kemampuan seperti keris, gamelan, kereta kencana, bahkan pada burung perkutut.
Sadran adalah suatu upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa baru (juga Sunda, dan madura). Upacara ini dilakukan oleh orang Jawa, pada bulan sebelum bulan puasa (reuwah/syaban). Upacara ini diisi dengan acara mengunjungi makam (nyekar) ke makam keluarga, kerabat, atau orang-orang yang dihormati. Biasanya orang Jawa non-muslim pun ikut melakukan upacara ini.
Ngerak adalah suatu prosesi memandikan anak kecil berumur di bawah lima tahun (Balita) di sebuah belik dengan kembang 7 rupa. Dari depan rumah sampai tiba di belik, sang anak akan digendong dengan selendang berwarna kuning. Lalu setelah dimandikan di belik, sang anak akan dibimbing menaiki sebuah paramida yang berisi mainan, aksesoris dan lain-lain. Di dekat piramida nanti akan ditempatkan seekor ayam panggang. Uniknya, kebanyakan dari anak-anak tersebut kebanyakan mengambil bagian kaki dari ayam panggang tersebut.
Mantu Poci adalah sebuah tradisi yang berasal dari Tegal (pantai utara Jawa Tengah). Sebuah prosesi unik, dimana acara inti dari prosesi ini adalah melangsungkan pernikahan antara dua poci teh berukuran raksasa. Prosesi ini biasanya dilakukan oleh sepasang suami istri yang sudah lama menikah tapi belum juga dikaruniai putra-putri. Mantu poci ini tak berbeda dengan acara pernkahan biasa yang mengundang banyak kerabat dan handai taulan.
Ruwatan adalah tradisi ritual asli dari Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian dari segala dosa yang mengakibatkan kesialan dalam hidup  orang yang akan diruwat. Upacara adat khas Jawa ini diperkirakan berasal dari budaya Jawa kuno yang masih bersifat sinkretisme, tetapi sekarang ini lebih sering dipadukan dengan ajaran agama agar tidak menyimpang.
Kutug merupakan ritual membakar kemenyan yang dilakukan oleh para penganut kepercayaan tertentu dengan tujuan mendapatkan perlindungan, keselamatan, dan berkah dari Sang Hyang Widi, upacara ini biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu.
Ngethingi adalah suatu bentuk tradisi tasyakuran atau pengucapan syukur ketika moment peringatan terhadap seorang bayi pada usia tertentu.
Malam satu suro adalah peringatan pergantian tahun dalam kalender Jawa. kalender ini terpengaruh dari kalender islam. Pada tahun 431 H atau tahun 1443 tahun Jawa baru, sunan Giri dari kerajaan demak, membuat penyesuaian antara tahun islam dan tahun Jawa.
Ngupat atau ngupati adalah upacara adat yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung empat bulan yang bertujuan untuk keselamatan sang ibu dan jabang bayinya, juga untuk menolak bala. Dalam acara ini, para tamu yang hadir diberikan sajian kupat yang dimasukan ke dalam wadah yang disebut besek, yang dibagikan saat pulang. Selain ngupat yang diadakan pada bulan keempat, pada bulan kelima pun ada upacara serupa yang bernama ngliman. Sedangkan pada bulan ketujuh, diadakan upacara dengan tujuan serupa yang bernama mitoni atau tingkeban.
Mendhem ari-ari adalah prosesi yang dilakukan setelah sang jabang bayi lahir. Hal ini juga umum dilakukan oleh suku-suku yang lain di Indonesia. Ari-ari diistimewakan, karena sebagai penghubung antara sang ibu dengan bayinya di dalam rahim, dalam kepercayaan orang Jawa, mereka menganggap bahwa ari-ari adalah kembaran atau “sedulur kembar” sang bayi tersebut. Selain mendhem ari-ari, masih ada beberapa upacara adat atau ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa yang berkaitan dengan kelahiran bayi yaitu:
Brokohan merupakan salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut kelahiran bayi, dengan tujuan agar sang bayi dapat lahir dengan selamat, diberi perlindungan, juga agar kelak memiliki perangai yang baik. Rangkaian acaranya dimulai dengan acara mendhem ari-ari, dan dilanjutkan dengan membagi-bagikan sesajen brokohan kepada kerabat dan tetangga.
Sepasaran adalah upacara adat yang dilakukan pada saat si bayi berumur lima hari. Acara ini umumnya diselenggarakan pada sore hari dengan acara utama membagikan kendhuri dengan mengundang tetangga dan saudara. Suguhan utama yang biasa disajikan adalah air minum dan jajanan pasar, namu ada beberapa juga yang menyediakan besek untuk dibawa pulang.
Puputan sebenarnya memiliki arti “tali puser bayi puput”. Acara ini diadakan pada saat sang bayi lepas tali pusarnya, biasanya dalam acara ini ada kendhuri, bancakan, dan memberi nama bayi. Acara ini sebaiknya dilaksanakan selepas maghrib.
Tedhak siten atau upacara turun tanah, adalah prosesi selanjutnya. Prosesi ini, tidak hanya ditemukan di kalangan masyarakat Jawa, di tempat lain di nusantara pun ditemukan upacara demikian. Acara ini baisanya diadakan pada saat sang anak telah berumur 7 selapan (7×35=245 hari).

Senin, 16 November 2015

pengantar komputer & TI 1A

Jenis-jenis Komputer 


Jenis-jenis komputer dibedakan menjadi 4. Yaitu jenis komputer berdasarkan data yang diolah, berdasarkan processor, berdasarkan bentuk fisik, dan berdasarkan penggunaannya. Penjelasan jenis-jenis komputer tersebut dapat dilihat sebagai berikut.





     1. Komputer Analog





Komputer ini merupakan komputer yang digunakan untuk menerima sinyal analog, biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan untuk data yang tidak berbentuk angka, karena data yang didapatkan adalah data yang bersifat gelombang. Komputer ini biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan. Sebagai contoh, komputer ini digunakan untuk melakukan pengecekan suhu, penghitung aliran BBM pada SPBU, mengukur kekuatan cahaya, dan lain-lain. Komputer ini banyak digunakan untuk kegiatan ilmiah.







     2. Komputer Digital 

Komputer ini merupakan komputer yang kebanyakan yang kita kenal. Data yang diterimanya adalah data yang sudah berupa data digital. Sedangkan fungsinya digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, huruf, tanda baca dan lain-lain.







     3. Komputer Hybrid 



Merupakan komputer yang memiliki kemampuan dari komputer analog dan komputer digital. Komputer jenis ini diperuntukkan untuk pengolahan data yang sifatnya baik kuantitatif maupun kualitatif, dengan perkataan lain data kuantitatif yang diolah menghasilkan data kualitatifnya dan sebaliknya.

KOMPUTER BERDASARKAN PROCESSORNYA


Microcontroller


Microcontroller memiliki semua peralatan sebagai sebuah komputer dalam satu chip. Peralatan tersebut diantaranya adalah:


-Pemroses (processing) 
-Memori
-Input
Kadangkala pada microcontroller ini beberapa chip digabungkan dalam satu papan rangkaian. Perangkat ini sangat ideal untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat khusus, sehingga aplikasi yang diisikan ke dalam komputer ini adalah aplikasi yang bersifat dedicated. Contoh alat ini diantaranya adalah komputer yang digunakan pada mobil untuk mengatur kestabilan mesin, alat untuk pengatur lampu lalu lintas.

Microcomputer


Komputer ini khususnya digunakan untuk single-user, biasa disebut juga dengan komputer desktop atau komputer pribadi (personal computer). Komputer ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk mampu berinteraksi dengan penggunanya.


Engineering Workstation




Komputer ini lebih powerfull apabila dibandingkan dengan komputer pribadi, umumnya komputer ini digunakan untuk menjalankan aplikasi yang dipakai oleh para ahli teknik dalam melakukan perhitungan dan penyelesaian pekerjaannya. Aplikasi yang digunakan lebih cenderung kepada software yang banyak melakukan berbagai perhitungan, baik secara tiga dimensi, maupun secara matematika lainnya. Contoh aplikasi yang digunakan untuk komputer golongan ini adalah CAD (computer aided design) yang digunakan untuk melakukan perancangan gambar teknik.




Super Komputer

Komputer ini merupakan komputer paling bertenaga. Aplikasi yang digunakan biasanya lebih cenderung untuk penelitian ilmiah. Komputer ini biasanya memiliki beberapa prosesor sekaligus untuk menjalankan tugasnya. Superkomputer biasanya unggul dalam kecepataan dari komputer biasa dengan menggunakan desain inovatif yang membuat mereka dapat melakukan banyak tugas secara paralel, dan juga detail sipil yang rumit. Komputer ini biasanya menspesialisasikan untuk penghitungn tertentu, biasanya penghitungan angka, dan dalam tugas umumnya tidak bagus hasilnya.
Superkomputer digunakan untuk tugas penghitungan-intensif seperti prakiraan cuaca, riset iklim (termasuk riset pemanasan global, pemodelan molekul, simulasi fisik (seperti simulasi kapal terbang dalam terowongan angin, simulasi peledakan senjata nuklir, dan riset fusi nuklir), analisikrip, dll. Militer dan agensi sains salah satu pengguna utama superkomputer.




Mainframe

Mainframe dapat melayani ratusan penggunanya pada saat yang bersamaan. Komputer ini mirip dengan minicomputer namun lebih besar dan lebih mahal. Penggunaannya umumnya untuk pengolahan data dari suatu divisi atau perusahaan besar, yang membutuhkan pengolahan yang cukup berat.

Minicomputer

Komputer mainframe sangat mahal dan hanya perusahaan besar yang mampu menggunakannya. Untuk membuat komputasi lebih tersedia, dibuat jenis komputer yang lebih kecil dari mainframe yang disebut dengan minicomputer, yang dikembangkan sejak tahun 60-an. Komputer jenis ini digunakan lebih luas daripada mainframe, karena alasan untuk mendapatkan yang tidak lebih mahal dari mainframe, tapi lebih mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan. Sekarang ini istilah minicomputer disamakan dengan server, karena peran utamanya adalah mengkoordinasi suatu jaringan komputer.


Personal Computer atau PC adalah suatu perangkat komputer yang ditujukan untuk satu pengguna. Perangkatnya terdiri atas CPU, keyboard, monitor, dan mouse. Perangkat-perangkat tersebut dapat diringkas dalam satu meja, tidak terlalu banyak membutuhkan tempat. Komputer jenis ini paling banyak digunakan di berbagai tempat, seperti rumah, sekolah, kantor, dan sebagainya.


JENIS KOMPUTER BERDASARKAN BENTUK FISIKNYA


Tower

Tower biasanya ditaruh di samping atau di bawah meja karena ukurannya yang relatif besar, sehingga memenuhi meja. Komputer ini banyak memiliki ruang yang bisa dipakai untuk tempat memasang card tambahan, sehingga bisa ditambahkan dengan berbagai perangkat tambahan.

Desktop



Desktop adalah komputer pribadi yang ditujukan untuk penggunaan secara umum di satu lokasi yang berlawanan dengan komputer jinjing atau komputer portabel. Periferal-periferal Desktop seperti tampilan komputer, CPU, dan papan ketik terpisah satu sama lain dan relatif berukuran besar (juga berlawanan dengan periferal pada komputer jinjing yang terintegrasi dan berukuran kecil). Komputer jenis ini dirancang untuk diletakkan dan digunakan di atas meja di rumah atau kantor. Desktop merupakan komputer yang paling terjangkau dan paling umum digunakan.



Portable

Portable adalah ukuran komputer yang lebih kecil sehingga mudah dibawa dengan kemampuan yang sama atau lebih powerful. Yang termasuk dalam jenis portable computer adalah Notebook, Laptop, dan handheld computer. Keuntungan utama penggunaan portable computer adalah tidak harus digunakannya pada tempat yang sama sepanjang waktu, karena komputer jenis ini mudah dibawa kemana saja. Komputer Notebook/Laptop cukup muat untuk dimasukkan dalam tas dan dapat dijalankan dengan battery. Dapat juga dihubungkan dengan modem sehingga dapat mengakses LAN atau Internet, Handheld computer didesain untuk dapat diintegrasikan dengan sistem desktop, sehingga peralatan ini dapat dengan mudah mengambil data dan berkomunikasi lewat sambungan telpon.

Notebook



Notebook adalah komputer bergerak yang berukuran relatif kecil dan ringan, beratnya berkisar dari 1-6 kg, tergantung ukuran, bahan, dan spesifikasi laptop tersebut.
Sumber daya komputer jinjing berasal dari baterai atau adaptor A/C yang dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai dan menyalakan laptop itu sendiri. Baterai laptop pada umumnya dapat bertahan sekitar 1 hingga 6 jam sebelum akhirnya habis, tergantung dari cara pemakaian, spesifikasi, dan ukuran baterai.
Sebagai komputer pribadi, laptop memiliki fungsi yang sama dengan komputer destop pada umumnya. Komponen yang terdapat di dalamnya sama persis dengan komponen pada destop, hanya saja ukurannya diperkecil, dijadikan lebih ringan, lebih tidak panas, dan lebih hemat daya. Komputer jinjing kebanyakan menggunakan layar LCD (Liquid Crystal Display) berukuran 10 inci hingga 17 inci tergantung dari ukuran laptop itu sendiri. Selain itu, papan ketik yang terdapat pada laptop juga kadang-kadang dilengkapi dengan papan sentuh yang berfungsi sebagai “pengganti” tetikus. Papan ketik dan tetikus tambahan dapat dipasang melalui soket USB maupun PS/2 jika tersedia.

Berbeda dengan komputer destop, komputer jinjing memiliki komponen pendukung yang didesain secara khusus untuk mengakomodasi sifat komputer jinjing yang portabel. Sifat utama yang dimiliki oleh komponen penyusun laptop adalah ukuran yang kecil, hemat konsumsi energi, dan efisien. Komputer jinjing biasanya berharga lebih mahal, tergantung dari merek dan spesifikasi komponen penyusunnya, walaupun demikian harga komputer jinjing pun semakin mendekati destop seiring dengan semakin tingginya tingkat permintaan konsumen.

Subnotebook

Ukuran subnotebook berada diantara notebook dan palmtop. Ukuran subnotebook ini bisa lebih kecil dari laptop karena pada komputer jenis ini ada sebagian perangkat yang tidak dipasang.

Palmtop

Palmtop adalah komputer yang bisa digenggam. Ukurannya sangat kecil jika dibandingkan dengan komputer lainnya. Komputer jenis ini juga sering disebut dengan handheld computer, Karena bisa digenggam tangan.

KOMPUTER BERDASARKAN PENGGUNAANNYA


Special Purpose Computer



Special purpose computer berarti komputer untuk keperluan khusus. Komputer ini dirancang hanya untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Perangkat yang ada pada komputer ini, baik komponen inputoutputpemroses serta softwarenyatelah dirancang untuk keperluan tersebut. Biasanya software yang mengendalikan proses sudah berada langsung pada sistem. Contoh dari Special Purpose Computer ini adalah komputer yang digunakan untuk kasir pada supermarket.


General Purpose Computer



Merupakan komputer yang dibuat untuk keperluan secara umum, sehingga komputer tersebut dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan usernya. Personal Computer merupakan salah satu contoh dari kategori ini.



KOMPUTER BERDASARKAN SKALA KEMAMPUANNYA




Berikut ini kategori komputer yang dilihat berdasarkan kemampuannya untuk memproses, baik dalam melayani user, pemrosesan aplikasi, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dalam banyak hal sekaligus pada saat bersamaan.


Small Scale Computer



Komputer skala kecil, merupakan komputer yang memiliki kemampuan proses dalam jumlah kecil. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer desktop atau komputer pribadi yang umumnya digunakan oleh satu orang pada satu saat.


Medium Scale Computer



Komputer untuk skala menengah. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer mini, yang biasanya melayani penggunanya pada dumb terminal .


Large Scale Computer



Komputer untuk skala besar. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer mainframe. Pada mesin tersebut dapat diakses beramai-ramai, dan sudah dilengkapi dengan perangkat dan software yang lengkap. Penggunaannya pun adalah untuk pengolahan perhitungan dengan kemampuan yang cukup rumit untuk diselesaikan oleh komputer medium dan small.



Soal 
1. termasuk dalam jenis komputer manakah notebook yang sering kita gunakan ?
Jawaban : termasuk jenis komputer digital , karena notebook memiliki layar grafis dan tidak dapat menghitung suhu ruangan atau pengukur sesuatu yg bersifat gelombang