INVESTASI DI SEKTOR PERTANIAN
Dalam proses pembangunan pertanian, investasi
merupakan penggerak, mengingat kegiatan investasi yang mempunyai multiplier
efek luas dalam perekonomian, seperti peningkatan lapangan kerja, peningkatan
nilai tambah, devisa, pajak, dan lain-lain.
Keterbatasan keuangan negara menyebabkan terbatasnya
peran pemerintah dalam pembangunan
nasional, porsi terbesar diharapkan berasal dari masyarakat melalui penanaman modal (investasi/Penanaman
Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing).
Untuk mendorong pertumbuhan investasi diperlukan
iklim usaha yang kondusif dan prospek bisnis yang menguntungkan. Kondisi ini
sangat diperlukan bukan saja untuk menarik investor (dalam dan luar negeri),
tetapi yang lebih penting mempertahankan dan membesarkan perusahaan yang sudah
ada.
Berbagai hasil survei menunjukkan bahwa faktor utama
yang mempengaruhi lingkungan usaha/investasi antara lain adalah ketidak
stabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi, perizinan usaha,
regulasi tenaga kerja, ketersedian data dan informasi yang akurat dan masih
banyak lagi.
Sehingga Investasi merupakan penggerak pembangunan
karena investasi mempunyai multiflier efek yang sangat luas dalam perekonomian
seperti :
1.
Pendorong utama pertumbuhan otonomi daerah
2.
Pemerataan pertumbuhan Pendapatan Anggaran dalam Negeri
3.
Penyerapan Tenaga Kerja (pengangguran)
4.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam lokal
5.
Merupakan Perekat Kesatuan dan Persatuan Bangsa
Kebutuhan investasi di sektor pertanian tahun
2010-2014 sebesar Rp 1.360,6 trilyun (PMDN 73% dan PMA 27%).
Untuk itu diperlukan Arah dan Strategi Kebijakan
serta Ruang Lingkup Investasi Pertanian yaitu
1.
Arah
•
Menciptakan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif
•
Melakukan promosi investasi yang intensif melalui potensi dan peluang
investasi di daerah-daerah
2.
Strategi
•
Pengembangan potensi dan peluang investasi sektor pertanian di indonesia
untuk meningkatkan calon investor PMDN dan PMA.
3.
Ruang lingkup
•
Melakukan pengembangan potensi dan peluang investasi melalui koordinasi
lintas instansi daerah dan pusat.
Untuk mencapai target investasi tersebut dan selaras
dengan kebijakan otonomi, maka setiap daerah diharapkan mampu menarik sebanyak
mungkin investor yang bersedia menanamkan modalnya.
Untuk itu kepastian ketersediaan dan kesesuaian
lahan, dukungan kebijakan seperti kemudahan perizinan dan adanya payung hukum
yang jelas, sangat diperlukan guna manarik para investor datang ke
daerah-daerah yang berpotensi dan memiliki peluang di provinsi seluruh Indonesia.
Investasi Langsung
Investasi Langsung adalah pembelian atau akuisisi
saham mayoritas dalam bisnis asing dengan cara lain dibandingkan dengan pembelian
langsung saham. Hal ini juga berarti di bidang keuangan dalam negeri, pembelian
atau akuisisi saham mayoritas atau kepentingan yang lebih kecil yang masih akan
memungkinkan kontrol aktif perusahaan.
Contoh: Membeli mesin
Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung adalah mereka yang memiliki
kelebihan dana dapat dapat melakukan investasi tidak terlibat secara langsung
cukup dengan memegang dalam bentuk saham dan obligasi dengan melalui perantara.
Contoh: Penelitian dan pengembangan.
Investasi di sektor pertanian tergantung :
Laju pertumbuhan output
Tingkat daya saing global komoditi pertanian
Keterkaitan Pertanian Dengan Industri Manufaktur
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu
penyebab krisis ekonomi di Indonesia adalah karena kesalahan industrialisasi
dari awal pemerintahan orde baru yang tidak berbasis pada pertanian. Selama
krisis juga terbukti bahwa sektor pertanian masih mampu mengalami laju
pertumbuhan yang positif, walaupun dalam persentase yang kecil, sedangkan
sektor industri manufaktur mengalami laju pertumbuhan yang negative diatas satu
digit.Banyak
pengalaman dinegara-negara maju seperti Eropa dan Jepang yang menunjukan bahwa
mereka memulai industrialisasi setelah atau bersamaan dengan pembangunan
disektor pertanian. Ada beberapa alasan
kenapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial dalam proses industrialisasi
di negara yang membangun sektor pertaniannya dengan baik, yaitu sebagai
berikut:
Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan
pangan terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses
industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa
berlangsung dengan baik. Ketahanan pangan berarti tidak ada kelaparan dan ini
menjamin kstabilan sosial dan politik.
Dari sisi permintaan agregat, pembangunan
sektor pertanian yang kuat membuat tingkat pendapatan yang rill per kapita di
sektor tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap
barang-barang nonfood, khususnya manufaktur.
Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan
salah satu sumber input bagi sektor industri yang mana memiliki keunggulan
komparatif, misalnya industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian
jadi, industri kulit dan sebagainya.
Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang
baik di sektor pertanian bisa menghasilkan surplus disektor tersebut dan ini
bisa menjadi sumber investasi di sektor industri, khususnya industri skala
kecil di pedesaaan (keterkaitan investasi).
Sudah cukup banyak
pembahasan teoritis mengenai keterkaitan sektor pertanian dan sektor industri
dan studi-studi kasus di negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang
membuktikan betapa pentingnya sektor pertanian bagi pertumbuhan di sektor
industri. Keterkaitan antara dua sektor tersebut terutama didominasi oleh efek
keterkaitan pendapatan, disusul kemudian oleh efek keterkaitan produksi,
sedikit bukti mengenai keterkaitan investasi.
Oleh karena itu,
sektor pertanian memainkan suatu peranan penting dalam pembangunan sektor
industri di suatu daerah. Akan tetapi, kenyataan di Indonesia tidak demikian.
Data Input Output Table (IO) dari BPS menunjukan bahwa keterkaitan produksi
antara sektor pertanian dan sektor industri manufaktur sangat lemah dan tingkat
ketergantungan kedua sektor tersebut terhadap impor barang-barang modal dan
perantara sangat tinggi. Idealnya dan memang harus menjadi pola industrialisasi
di Indonesia adalah seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut, yakni
keterkaitan produksi yang kuat antara kedua sektor tersebut sehingga
ketergantungannya terhadap impor dapat dikurangi atau sama sekali dihilangkan.
Sebagai
contoh empiris, berdasarkan data I-O Nasional 1985. Menunjukan bahwa
keterkaitan produksi ke belakang antara industri kecil (IK) dan sektor
pertanian jauh lebih besar dibanding keterkaitan sektor tersebut dengan industi
menengah dan besar (IMB). Perbedaan ini menandakan bahwa kalau dilihat
dari struktur input dari industri manufaktur, industri kecil lebih
agricultural-based dibanding industri menengah dan besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar